Selasa, 25 November 2014

Contoh Resensi Novel Sastra "Harimau Harimau!'



Resensi Novel  Harimau! Harimau!

Judul karya resensi      : Penyesalan Dosa
Judul buku                 : Harimau! Harimau!
Penulis                      : Mochtar Lubis
Penerbit                    : Yayasan Obor Indonesia
Tebal                        : vi + 214 halaman. : 11 x 17 cm
ISBN                         : 978-979-461-109-8
Tentang Penulis :
           Mochtar Lubis, pengarang ternama ini dilahirkan tanggal 7 Maret 1922 di Padang. Selain sebagai wartawan ia dikenal sebagai sastrawan. Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan dalam buku Si Jamal (1950) dan Perempuan (1956). Sedang romannya yang telah terbit: Tidak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung(1952) yang mendapat hadiah sastra dari BMKN. Selain itu, romannya yang mendapat sambutan luas dengan judul Harimau! Harimau! (Pustaka Jaya 1975) telah mendapat hadiah dari Yayasan Buku Utama sebagai buku terbaik tahun 1975.
Sinopsis :
            Di dalam hutan terdapat sumber-sumber nafkah hidup manusia seperti: rotan, damar, dan berbagai bahan kayu. Tujuh orang pria yang terdiri dari Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Pak Balam, Sutan, Buyung, Talib, dan Sanip telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan mengumpulkan damar. Mereka mencari nafkah dengan mengumpulkan damar untuk istri dan anak-anaknya di kampung Air Jernih, terkecuali Buyung, ia satu-satunya yang paling muda diantara mereka dan belum menikah.
            Mereka bertujuh selalu bersama-sama pergi mengumpulkan damar, meskipun mereka sebenarnya tak berkongsi, dan masing-masing menerima hasil penjualan damar yang dikumpulkannya sendiri. Mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu-membantu melakukan pekerjaan.
         Wak Katok merupakan pemimpin rombongan pendamar itu. Yang muda-muda seperti Talib, Sanip, Sutan, dan Buyung, mereka semua murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib pada Wak Katok. Mereka termasuk orang baik di mata orang kampung.
          Dari kampung Air Jernih ke hutan, ada seminggu jauhnya berjalan kaki. Mereka membawa beras, cabai, asam, garam, da panci, kopi, dan gula untuk perbekalan mereka selama berburu damar di hutan.Selain mancari damar, mereka juga berburu rusa. Di hutan terdapat huma kepunyaan Wak Hitam. Di sebuah pondok di ladang Wak Hitamlah mereka selalu bermalam selama berada di hutan. Wak Hitam mempunyai empat orang istri, namun istri yang paling mudalah yang menemaninya di huma. Ia bernama Siti Rubiyah. Ia masih muda dan cantik. Wak Katok maupun muridnya yang muda-muda diam-diam menyukainya, namun sebenarnya mereka takut pada Wak Hitam yang mempunyai ilmu sihir yang hebat. Siti Rubiyah dipaksa orangtuanya menikah dengan Wak Hitam. Wak Hitam menikahinya Siti Rubiyah  hanya untuk memakai kemudaannyauntuk mempermuda dirinya sendiri. Ada cerita yang mengatakan bahwa Wak Hitam bersekutu dengan ibis, setan, dan jin, dan dia memelihara seekor harimau siluman. Saat itu Wak Hitam sedang sakit demam yang tak kunjung sembuh, dengan sabar Siti Rubiyah merawatnya.
           Setelah mereka berminggu-minggu mengumpulkan damar dan menumpang di huma Wak Hitam, mereka berniat untuk pulang ke kampungnya membawa semua damar yang berhasil mereka kumpulkan. Di tengah perjalanan mereka sempat berburu rusa. Di pinggir sungai mereka beristirahat untuk makan malam dengan hasil buruan mereka. Disana mereka membuat sebuah pondok dan api unggun. Pak Balam ketika sedang berhajat tiba-tiba ia diserang oleh seekor harimau yang besar. Ia diseret ke tengah hutan. Kawan-kawannya dengan sigap menyelamatkan Pak Balam bermodal senapan latuk milik Wak Katok dan parang panjang. Pak Balam berhasl diselamatkan namun dalam keadaan yang sangat parah. Pak Balam akhirnya bercerita bahwa ini semua terjadi akibat dosa-dosa yang telah mereka lakukan di masa lalu. Satu per satu pun diantara mereka menjadi korban harimau. Nyawa Pak balam, Talib, dan Sutan tak dapat diselamatkan akibat diserang oleh harimau yang mengikuti perjalanan mereka.
            Yang tersisa hanyalah Pak Haji, Wak Katok, Sanip dan Buyung. Wak Katok marah, ia tidak senang setelah Pak Balam di masa kritisnya sebelum meninggal, ia menceritakan segala dosa-dosanya yang terdahulu kepada teman-temannya. Mulai dari situ terbongkarlah sosok Wak Katok yang sesungguhnya. Selama ini ia berpura-pura menjadi orang yang ahli silat, ia juga sebenarnya dukun palsu. Ia berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri dengan modal senapan miliknya. Sampai akhirnya terjadi pertikaian di antara mereka dan jatuhlah korban. Pak Haji meninggal setelah di tembak Wak Katok dengan senapan miliknya.
          Dari kejadian itu Buyung dan Sanip mengatur strategi untuk bisa mengambil senapan itu dari tangan Wak Katok. Diikatnya Wak Katok dan ia dijadikan umpan agar harimau itu dapat Buyung bunuh. Sebelum meninggal, Pak Haji pernah berkata bahwa  “Bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu dan percayalah pada Tuhan”. Kata-kata itu menyadarkan Buyung bahwa ia harus percaya adanya Tuhan yang selalu melindungi dan jangan menaruh dendam pada orang lain. Dengan senapan yang berhasil di ambil dari tangan Wak Katok, Buyung akhirnya berhasil menembak mati harimau itu sebelum ia menyerang Wak Katok. Buyung dan sanip bahagia, mereka telah berhasil menembak mati harimau yang telah menyebabkan hidup mereka menjadi tidak tenang dalam perjalanan dan telah menjatuhkan korban yang tak lain kawan-kawannya yang telah meninggal dunia.
Keunggulan buku :
            Cover novel ini bagus, dengan perpaduan warna orange dan hitam  serta gambar seekor harimau dan seseorang yang sedang memegang senapan. Dari sini pembaca dapat merasakan bahwa cerita dalam novel ini pasti penuh dengan ketegangan. Selain itu gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami oleh pembaca.
Kelemahan buku:
            Terdapat kata-kata yang kasar dalam novel ini. Dimana kata-kata itu muncul saat konflik yang terjadi antar tokoh, contohnya seperti kata “bangsat”. Terdapat beberapa kalimat yang menggambarkan pornografi, sehingga dari sini dapat diketahui bahwa novel ini di tujukan untuk orang dewasa. Selain itu juga terdapat beberapa kata-kata yang salah ketik  dan beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan EYD dalam novel ini. Akhir cerita dalam novel ini tidak jelas, seolah-olah ceritanya masih bersambung.
Saran-saran terhadap buku ini :
           Diharapkan penulis dapat menggunakan kalimat yang sesuai dengan EYD dalam penulisan novelnya dan memeriksa kembali cerita novelnya  yang telah diketik, agar tidak terjadi kesalahan kata-kata setelah novel di cetak.
Manfaat isi buku :
           Novel ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong sebab kita tidak hidup sendiri dan tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia  harus belajar hidup dengan kesalahan dan kekurangan manusia lain. Kita juga  harus selalu bersedia memaafkan kesalahan orang lain dan janganlah menaruh dendam kepada orang lain seperti kalimat yang terdapat dalam novel ini “Bunuhlah harimau dalam hatimu”. Selain itu juga novel ini mengingatkan kita agar kita selalu ingat kepada Tuhan, jangan percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul. Kita juga disadarkan untuk segera bertaubat atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan karena sesungguhnya Tuhan dapat mengampuni segala dosa jika yang berdosa datang pada-Nya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh-sungguh.



Adapun unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai berikut :

                    i.            Alur

Adapun alur yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah alur maju ( progresif), hal ini dikarenakan cerita menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa adanya unsur kejadian masa lampau. Secara rinci tahap alur cerita dapat diuraikan sebagai berikut :

1)      Pengenalan cerita

Tujuh orang pencari damar yakni, Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan, dan Pak Balam secara bersama-sama mencari damar di hutan sekitar tempat tinggal Wak Hitam.



2)      Munculnya Konflik

Pak Balam menjadi korban terkaman harimau dan merasa bahwa harimau tersebut merupakan utusan Tuhan sebagai hukuman akibat dosa yang dilakukan. Kemudian Pak Balam mulai menyuruh yang lain untuk mengakui dosa-dosanya juga satu persatu di depan mereka semua yang akhirnya mulai menimbulkan perdebatan dan penolakan keras.



3)      Konflik Memuncak (Klimaks)

Pak Balam disusul Talib dan Sutan, yang kesemuanya akhirnya meninggal diterkam harimau. Kemudian terjadilah perdebatan hebat antara Wak Katok dan Buyung.

Hal ini disebabkan kedok Wak Katok sebagai dukun palsu telah terkuak, karena ia tak dapat menyelamatkan nyawa ketiga rekannya dari terkaman harimau. Wak Katok yang tidak terima menembak Pak Haji hingga akhirnya Pak Haji pun turut meninggal.



4)      Konflik Menurun (Anti-klimaks)

Buyung membuat siasat bersama Sanip untuk menggunakan Wak Katok sebagai umpan supaya harimau mau keluar dan bisa dibunuh, agar mereka bisa kembali ke kampung.



5)      Penyelesaian

Buyung berhasil menembak harimau yang diumpankan melalui Wak Katok. Dan akhirnya mereka bertiga bisa kembali ke kampung dengan selamat



                  ii.            Tokoh dan Penokohan (Karakterisasi)

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam cerita. Sedangkan watak tokoh dan penciptaan citra tokoh disebut penokohan. Tokoh –tokoh utama dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Buyung, Sanip, Pak Balam, Sutan, Talib, Wak Hitam, dan Siti Rubiah. Sedangkan tokoh-tokoh sampingan yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah Zaitun, Wak Hamdani ( ayah Zaitun ), Ayah dan Ibu Buyung. Adapun tokoh serta penokohan yang terdapat novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai berikut :



1)      Pak haji Rakhmad, adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Realistis, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Manusia yang mau hidup sendiri tak mungkin mengembangkan kemanusiaannya. Manusia perlu manusia lain….” (hal. 198)

·         Taat pada Tuhan, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“… ingatlah ucapan ‘Bismillahirrokhmanirrohhiim’… Tuhan adalah yang Maha Pemurah dan Pengampun….” (hal. 199)



2)      Wak Katok, seorang tua yang dianggap sebagai dukun dan pandai silat. Dia mempunyai perguruan silat sehingga murid silatnya banya. Dia juga salah seorang pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Pemaksa, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Jika perlu aku paksa dengan ini,” (hal. 132)

·         Penipu, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Jimat-jimatmu palsu, mantera-manteramu palsu. Inikah jimat-jimat juga yang dipakai oleh Pak Balam ….” (hal. 192)



3)      Buyung, seorang pemuda pencari damar. Dia murid Wak Katok yang pandai silat. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Pemalas, dibuktikan pada cuplikan dialog dibawah ini.

Tetapi, aku malas kembali. Kita telah jauh,” (hal. 58)

·         Suka menolong, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Aku tolong engkau, Rubiah,” (hal. 67)

·         Pandai, dapat dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Sungguh pandai engkau menembak, Buyung,” (hal. 83)



4)      Sanip, murid Wak Katok, pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Jujur, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Memang kami berdosa, kami…Talib, aku, dan ….,” (hal. 128)

·         Ingkar janji, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Biarlah Sutan marah padaku karena aku melanggar janji atau sumpah ….,” (hal. 129)

·         Suka mencuri, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Kami bertiga, Talib, Sutan, dan aku, enam bulan yang lalu, yang, yang mencuri empat ekor kerbau milik Haji Serdang di kampong Kerambi,” (hal. 129)

·           Pak Balam, salah seorang pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Jujur, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Aku merasa ringan kini aku sudah menceritakan pada kalian di depan Wak Katok beban dosa yang selama ini ….,” (hal. 100)

5)      Sutan, Pencari damar, murid Wak Katok. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Suka menyindir, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Asal sungguh dia hanya dapat kancil,” (hal. 71)

·         Penakut, dapat dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“ Huusss, jangan sebut-sebut namanya, engkau ingin dia datang menyerang kita ?” (hal. 125)

·         Suka mencuri, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Kami bertiga, Talib, Sutan, dan aku, enam bulan yang lalu, yang, yang mencuri empat ekor kerbau milik Haji Serdang di kampong Kerambi,” (hal. 129)

6)      Talib, seorang pemuda pencari damar, murid Wak Katok. Adapun karakterisasinya :

·         Suka mencuri, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“… dosa … aku berdosa … mencuri … curiiiii, ampun Tuhan….” (hal. 126)

7)      Wak Hitam, seorang tua yang tinggal menyepi dalam hutan belantara dengan keempat istrinya. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :

·         Suka mengeluh, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Aduh, beginilah kalau sudah tua dan sakit-sakit, tak ada lagi yang mengurus awak,” (hal. 50)

8)      Siti Rubiah, istri muda Wak Hitam. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut:

·         Suka melamun, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.

“Rubiah, mengapa engkau bermenung-menung sendiri ?” (hal. 62)







                iii.            Latar (Setting)

Latar adalah waktu, tempat, dan suasana ketika suatu cerita yang dialami oleh seseorang terlukis atau terjadi.

1.      Latar waktu

·         Petang

Ini terjadi pada suatu petang, ketika Zaitun datang membawa makanan untuk ibu Buyung dan …. (hal. 12)

·         Malam hari

Dalam malam serupa itu, Sanip akan mengeluarkan dangung-dangungnya dan menyanyikan lagu-lagunya. (hal. 30)

·         Pagi hari

Esok paginya, apabila yang lain masih tidur, lama sebelum subuh, Buyung telah membangunkan Wak Katok dan Sutan. (hal. 80)

2.      Latar tempat

·         Di hutan

Mereka bertujuh telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan mengumpulkan damar. (hal. 2)

·         Di rumah Buyung

… ketika ayah dan ibunya ayah dan ibunya menyangka, bahwa dia tak ada di rumah. (hal. 12)

·         Di kamar

… setelah Zaitun pergi, Buyung mendengar dari kamar di sebelah … (hal. 12)

·         Rumah Wak Hitam

Mereka beruntung, karena tak berapa jauh dari hutan damar, ada sebuah huma kepunyaan Wak Hitam. Disebuah pondok dilating Wak Hitamlah mereka selalu bermalam selama berada di hutan damar. (hal. 25)

·           Di pinggir sungai

Mereka bertemu di tanah terbuka di pinggir sungai. Buyung perlahan-lahan mendekati mereka. (hal. 82)





3.      Latar suasana

·         Gembira

“Untung hujan, kita sempat beristirahat”

Dan mereka semua tertawa. (hal. 19)

·         Menegangkan

Napas Buyung terasa sesak, dan mengencang. Belum pernah dia merasa apa yang dirasakannya … (hal. 68)



                iv.            Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai yang membentuk cerita. Adapun sudut pandang yang digunakan dalan novel Harimau ! Harimau ! adalah sudut pandang orang ketiga. Hal ini dikarenakan dalam kisahannya pengarang mengacu pada tokoh-tokoh cerita dengan menggunakan kata ganti orang ketiga (ia, dia), atau menyebut nama tokoh.



                  v.            Gaya dan Nada

Gaya adalah cara pengungkapan khas seorang pengarang yang membedakannya dengan pengarang lain. Sementara nada adalah suatu hal yang dapat terbaca dan terasakan melalui penyajian fakta cerita dan sarana sastra yang terpadu dan koheren. Adapun gaya yang digunakan dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah bahasa Indonesia.

                vi.            Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang tertuang. Adapun amanat yang dapat diambil dari novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai berikut :

·         Dalam menjalani persahabatan dan kesetiakawan, kita harus jujur dan tulus satu sama lain agar tidak timbul kecurigaan.

·         Janganlah sombong terhadap apa yang kita punya.

·         Janganlah mengganggu habitat hewan, kalau tidak mau hewan tersebut menerkam kita.

·         Janganlah terlalu percaya tahayul, karena kekuatan Tuhan jauh melebihi segalanya.

·         Jika menghadapi suatu permasalahan, kita harus bersama-sama menyelesaikannya.

·         Dalam menjalani kehidupan, kita harus jujur.

·         Janganlah berbuat curang dengan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kedudukan.



              vii.            Tema

Tema adalah pokok pikiran, ide, gagasan yang mendasari lahirnya sebuah cerita. Adapun tema dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah mengenai masalah tahayul dan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu magis yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. namun di atas segala-galanya itu, bahwa kekuatan Tuhan jauh melebihi segalanya.



2.4       Pendekatan Historis

            Pendekatan historis adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman mengenai biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa terwujudnya cerita, serta perkembangan kehidupan penciptaan kehidupan sastra pada umumnya dari zaman ke zaman.