Resensi Novel Harimau! Harimau!
Judul karya resensi :
Penyesalan Dosa
Judul buku
: Harimau! Harimau!
Penulis
: Mochtar Lubis
Penerbit
: Yayasan Obor Indonesia
Tebal
: vi + 214 halaman. : 11 x 17 cm
ISBN
: 978-979-461-109-8
Tentang Penulis :
Mochtar Lubis, pengarang
ternama ini dilahirkan tanggal 7 Maret 1922 di Padang. Selain sebagai wartawan
ia dikenal sebagai sastrawan. Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan dalam
buku Si Jamal (1950) dan Perempuan (1956).
Sedang romannya yang telah terbit: Tidak Ada Esok (1950), Jalan
Tak Ada Ujung(1952) yang mendapat hadiah sastra dari BMKN. Selain itu,
romannya yang mendapat sambutan luas dengan judul Harimau! Harimau! (Pustaka
Jaya 1975) telah mendapat hadiah dari Yayasan Buku Utama sebagai buku terbaik
tahun 1975.
Sinopsis :
Di dalam hutan terdapat sumber-sumber nafkah hidup manusia seperti: rotan,
damar, dan berbagai bahan kayu. Tujuh orang pria yang terdiri dari Pak Haji
Rakhmad, Wak Katok, Pak Balam, Sutan, Buyung, Talib, dan Sanip telah seminggu
lamanya tinggal di dalam hutan mengumpulkan damar. Mereka mencari nafkah dengan
mengumpulkan damar untuk istri dan anak-anaknya di kampung Air Jernih,
terkecuali Buyung, ia satu-satunya yang paling muda diantara mereka dan belum
menikah.
Mereka bertujuh selalu
bersama-sama pergi mengumpulkan damar, meskipun mereka sebenarnya tak
berkongsi, dan masing-masing menerima hasil penjualan damar yang dikumpulkannya
sendiri. Mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu-membantu melakukan
pekerjaan.
Wak Katok merupakan
pemimpin rombongan pendamar itu. Yang muda-muda seperti Talib, Sanip, Sutan,
dan Buyung, mereka semua murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir
dan gaib pada Wak Katok. Mereka termasuk orang baik di mata orang kampung.
Dari kampung Air Jernih
ke hutan, ada seminggu jauhnya berjalan kaki. Mereka membawa beras, cabai,
asam, garam, da panci, kopi, dan gula untuk perbekalan mereka selama berburu
damar di hutan.Selain mancari damar, mereka juga berburu rusa. Di hutan terdapat
huma kepunyaan Wak Hitam. Di sebuah pondok di ladang Wak Hitamlah mereka selalu
bermalam selama berada di hutan. Wak Hitam mempunyai empat orang istri, namun
istri yang paling mudalah yang menemaninya di huma. Ia bernama Siti Rubiyah. Ia
masih muda dan cantik. Wak Katok maupun muridnya yang muda-muda diam-diam
menyukainya, namun sebenarnya mereka takut pada Wak Hitam yang mempunyai ilmu
sihir yang hebat. Siti Rubiyah dipaksa orangtuanya menikah dengan Wak Hitam.
Wak Hitam menikahinya Siti Rubiyah hanya untuk memakai kemudaannyauntuk
mempermuda dirinya sendiri. Ada cerita yang mengatakan bahwa Wak Hitam
bersekutu dengan ibis, setan, dan jin, dan dia memelihara seekor harimau
siluman. Saat itu Wak Hitam sedang sakit demam yang tak kunjung sembuh, dengan
sabar Siti Rubiyah merawatnya.
Setelah mereka
berminggu-minggu mengumpulkan damar dan menumpang di huma Wak Hitam, mereka
berniat untuk pulang ke kampungnya membawa semua damar yang berhasil mereka
kumpulkan. Di tengah perjalanan mereka sempat berburu rusa. Di pinggir sungai
mereka beristirahat untuk makan malam dengan hasil buruan mereka. Disana mereka
membuat sebuah pondok dan api unggun. Pak Balam ketika sedang berhajat
tiba-tiba ia diserang oleh seekor harimau yang besar. Ia diseret ke tengah hutan.
Kawan-kawannya dengan sigap menyelamatkan Pak Balam bermodal senapan latuk
milik Wak Katok dan parang panjang. Pak Balam berhasl diselamatkan namun dalam
keadaan yang sangat parah. Pak Balam akhirnya bercerita bahwa ini semua terjadi
akibat dosa-dosa yang telah mereka lakukan di masa lalu. Satu per satu pun
diantara mereka menjadi korban harimau. Nyawa Pak balam, Talib, dan Sutan tak
dapat diselamatkan akibat diserang oleh harimau yang mengikuti perjalanan
mereka.
Yang tersisa hanyalah Pak Haji, Wak Katok, Sanip dan Buyung. Wak Katok marah,
ia tidak senang setelah Pak Balam di masa kritisnya sebelum meninggal, ia
menceritakan segala dosa-dosanya yang terdahulu kepada teman-temannya. Mulai
dari situ terbongkarlah sosok Wak Katok yang sesungguhnya. Selama ini ia
berpura-pura menjadi orang yang ahli silat, ia juga sebenarnya dukun palsu. Ia
berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri dengan modal senapan miliknya.
Sampai akhirnya terjadi pertikaian di antara mereka dan jatuhlah korban. Pak
Haji meninggal setelah di tembak Wak Katok dengan senapan miliknya.
Dari kejadian itu Buyung
dan Sanip mengatur strategi untuk bisa mengambil senapan itu dari tangan Wak
Katok. Diikatnya Wak Katok dan ia dijadikan umpan agar harimau itu dapat Buyung
bunuh. Sebelum meninggal, Pak Haji pernah berkata bahwa “Bunuhlah lebih
dahulu harimau dalam hatimu dan percayalah pada Tuhan”. Kata-kata itu
menyadarkan Buyung bahwa ia harus percaya adanya Tuhan yang selalu melindungi
dan jangan menaruh dendam pada orang lain. Dengan senapan yang berhasil di
ambil dari tangan Wak Katok, Buyung akhirnya berhasil menembak mati harimau itu
sebelum ia menyerang Wak Katok. Buyung dan sanip bahagia, mereka telah berhasil
menembak mati harimau yang telah menyebabkan hidup mereka menjadi tidak tenang
dalam perjalanan dan telah menjatuhkan korban yang tak lain kawan-kawannya yang
telah meninggal dunia.
Keunggulan buku :
Cover novel ini bagus, dengan perpaduan warna orange dan hitam serta
gambar seekor harimau dan seseorang yang sedang memegang senapan. Dari sini
pembaca dapat merasakan bahwa cerita dalam novel ini pasti penuh dengan
ketegangan. Selain itu gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami oleh
pembaca.
Kelemahan buku:
Terdapat kata-kata yang kasar dalam novel ini. Dimana kata-kata itu muncul saat
konflik yang terjadi antar tokoh, contohnya seperti kata “bangsat”. Terdapat
beberapa kalimat yang menggambarkan pornografi, sehingga dari sini dapat
diketahui bahwa novel ini di tujukan untuk orang dewasa. Selain itu juga
terdapat beberapa kata-kata yang salah ketik dan beberapa kalimat yang
tidak sesuai dengan EYD dalam novel ini. Akhir cerita dalam novel ini tidak
jelas, seolah-olah ceritanya masih bersambung.
Saran-saran terhadap buku ini :
Diharapkan penulis
dapat menggunakan kalimat yang sesuai dengan EYD dalam penulisan novelnya dan
memeriksa kembali cerita novelnya yang telah diketik, agar tidak terjadi
kesalahan kata-kata setelah novel di cetak.
Manfaat isi buku :
Novel ini mengajarkan
kita bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong sebab kita tidak hidup
sendiri dan tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia
harus belajar hidup dengan kesalahan dan kekurangan manusia lain. Kita
juga harus selalu bersedia memaafkan kesalahan orang lain dan janganlah
menaruh dendam kepada orang lain seperti kalimat yang terdapat dalam novel ini
“Bunuhlah harimau dalam hatimu”. Selain itu juga novel ini mengingatkan kita
agar kita selalu ingat kepada Tuhan, jangan percaya pada hal-hal yang bersifat
tahayul. Kita juga disadarkan untuk segera bertaubat atas segala dosa-dosa yang
telah kita lakukan karena sesungguhnya Tuhan dapat mengampuni segala dosa jika
yang berdosa datang pada-Nya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh-sungguh.
Adapun unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai
berikut :
i.
Alur
Adapun alur yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah alur maju ( progresif), hal ini
dikarenakan cerita menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa adanya
unsur kejadian masa lampau. Secara rinci tahap alur cerita dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Pengenalan
cerita
Tujuh orang pencari damar yakni, Pak
Haji Rakhmad, Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan, dan Pak Balam secara
bersama-sama mencari damar di hutan sekitar tempat tinggal Wak Hitam.
2) Munculnya
Konflik
Pak Balam menjadi korban terkaman
harimau dan merasa bahwa harimau tersebut merupakan utusan Tuhan sebagai
hukuman akibat dosa yang dilakukan. Kemudian Pak Balam mulai menyuruh yang lain
untuk mengakui dosa-dosanya juga satu persatu di depan mereka semua yang
akhirnya mulai menimbulkan perdebatan dan penolakan keras.
3) Konflik
Memuncak (Klimaks)
Pak Balam disusul Talib dan Sutan,
yang kesemuanya akhirnya meninggal diterkam harimau. Kemudian terjadilah
perdebatan hebat antara Wak Katok dan Buyung.
Hal ini disebabkan kedok Wak Katok
sebagai dukun palsu telah terkuak, karena ia tak dapat menyelamatkan nyawa
ketiga rekannya dari terkaman harimau. Wak Katok yang tidak terima menembak Pak
Haji hingga akhirnya Pak Haji pun turut meninggal.
4) Konflik
Menurun (Anti-klimaks)
Buyung membuat siasat bersama Sanip
untuk menggunakan Wak Katok sebagai umpan supaya harimau mau keluar dan bisa
dibunuh, agar mereka bisa kembali ke kampung.
5) Penyelesaian
Buyung berhasil menembak harimau
yang diumpankan melalui Wak Katok. Dan akhirnya mereka bertiga bisa kembali ke
kampung dengan selamat
ii.
Tokoh
dan Penokohan (Karakterisasi)
Tokoh ialah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam cerita. Sedangkan watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh disebut penokohan. Tokoh –tokoh utama dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah Pak Haji
Rakhmad, Wak Katok, Buyung, Sanip, Pak Balam, Sutan, Talib, Wak Hitam, dan Siti
Rubiah. Sedangkan tokoh-tokoh sampingan yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah Zaitun, Wak
Hamdani ( ayah Zaitun ), Ayah dan Ibu Buyung. Adapun tokoh serta penokohan yang
terdapat novel Harimau ! Harimau !
adalah sebagai berikut :
1)
Pak haji Rakhmad, adapun
karakterisasinya adalah sebagai berikut :
· Realistis, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah
ini.
“Manusia yang mau hidup
sendiri tak mungkin mengembangkan kemanusiaannya. Manusia perlu manusia lain….”
(hal. 198)
· Taat
pada Tuhan, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“… ingatlah ucapan ‘Bismillahirrokhmanirrohhiim’… Tuhan adalah
yang Maha Pemurah dan Pengampun….” (hal. 199)
2)
Wak Katok, seorang tua
yang dianggap sebagai dukun dan pandai silat. Dia mempunyai perguruan silat
sehingga murid silatnya banya. Dia juga salah seorang pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai
berikut :
· Pemaksa,
dibuktikan pada cuplikan dialog di
bawah ini.
“Jika perlu aku paksa dengan ini,” (hal. 132)
· Penipu, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah
ini.
“Jimat-jimatmu palsu, mantera-manteramu palsu. Inikah jimat-jimat
juga yang dipakai oleh Pak Balam ….” (hal. 192)
3)
Buyung, seorang pemuda
pencari damar. Dia murid Wak Katok yang pandai silat. Adapun karakterisasinya
adalah sebagai berikut :
· Pemalas,
dibuktikan pada cuplikan dialog dibawah
ini.
“Tetapi,
aku malas kembali. Kita telah jauh,” (hal. 58)
· Suka
menolong, dibuktikan pada cuplikan dialog
di bawah ini.
“Aku tolong engkau, Rubiah,” (hal. 67)
· Pandai, dapat dibuktikan pada cuplikan dialog di
bawah ini.
“Sungguh pandai engkau menembak, Buyung,” (hal. 83)
4)
Sanip, murid Wak Katok,
pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
· Jujur,
dibuktikan pada cuplikan dialog di
bawah ini.
“Memang kami berdosa, kami…Talib, aku, dan ….,”
(hal. 128)
· Ingkar
janji, dibuktikan pada cuplikan dialog
di bawah ini.
“Biarlah Sutan marah padaku karena aku melanggar janji atau sumpah
….,” (hal. 129)
· Suka
mencuri, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“Kami bertiga, Talib, Sutan, dan aku, enam bulan yang lalu, yang,
yang mencuri empat ekor kerbau milik Haji Serdang di kampong Kerambi,” (hal. 129)
·
Pak Balam, salah seorang
pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
· Jujur,
dibuktikan pada cuplikan dialog di
bawah ini.
“Aku merasa ringan kini aku sudah menceritakan pada kalian di
depan Wak Katok beban dosa yang selama ini ….,”
(hal. 100)
5)
Sutan, Pencari damar,
murid Wak Katok. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
· Suka
menyindir, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“Asal sungguh dia hanya dapat kancil,” (hal. 71)
· Penakut, dapat dibuktikan pada cuplikan dialog di
bawah ini.
“ Huusss, jangan sebut-sebut namanya, engkau ingin dia datang
menyerang kita ?”
(hal. 125)
· Suka
mencuri, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“Kami bertiga, Talib, Sutan, dan aku, enam bulan yang lalu, yang,
yang mencuri empat ekor kerbau milik Haji Serdang di kampong Kerambi,” (hal. 129)
6)
Talib, seorang pemuda
pencari damar, murid Wak Katok. Adapun karakterisasinya :
· Suka
mencuri, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“… dosa … aku berdosa … mencuri … curiiiii, ampun Tuhan….” (hal. 126)
7)
Wak Hitam, seorang tua
yang tinggal menyepi dalam hutan belantara dengan keempat istrinya. Adapun
karakterisasinya adalah sebagai berikut :
· Suka
mengeluh, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“Aduh, beginilah kalau sudah tua dan sakit-sakit, tak ada lagi
yang mengurus awak,” (hal. 50)
8)
Siti Rubiah, istri muda
Wak Hitam. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut:
· Suka
melamun, dibuktikan pada cuplikan
dialog di bawah ini.
“Rubiah, mengapa engkau bermenung-menung sendiri ?”
(hal. 62)
iii.
Latar (Setting)
Latar adalah waktu, tempat, dan suasana ketika
suatu cerita yang dialami oleh seseorang terlukis atau terjadi.
1.
Latar waktu
· Petang
Ini terjadi pada suatu petang, ketika Zaitun datang membawa
makanan untuk ibu Buyung dan …. (hal. 12)
· Malam
hari
Dalam malam serupa itu, Sanip akan mengeluarkan dangung-dangungnya
dan menyanyikan lagu-lagunya. (hal. 30)
· Pagi
hari
Esok paginya, apabila yang lain masih tidur, lama sebelum subuh,
Buyung telah membangunkan Wak Katok dan Sutan. (hal. 80)
2.
Latar tempat
· Di
hutan
Mereka bertujuh telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan
mengumpulkan damar. (hal.
2)
· Di
rumah Buyung
… ketika ayah dan ibunya ayah dan ibunya menyangka, bahwa dia tak
ada di rumah. (hal. 12)
· Di
kamar
… setelah Zaitun pergi, Buyung mendengar dari kamar di sebelah … (hal. 12)
· Rumah
Wak Hitam
Mereka beruntung, karena tak berapa jauh dari hutan damar, ada
sebuah huma kepunyaan Wak Hitam. Disebuah pondok dilating Wak Hitamlah mereka
selalu bermalam selama berada di hutan damar. (hal. 25)
·
Di pinggir sungai
Mereka bertemu di tanah terbuka di pinggir sungai. Buyung
perlahan-lahan mendekati mereka. (hal. 82)
3.
Latar suasana
· Gembira
“Untung hujan, kita sempat beristirahat”
Dan mereka semua tertawa. (hal. 19)
· Menegangkan
Napas Buyung terasa sesak, dan mengencang. Belum pernah dia merasa
apa yang dirasakannya … (hal. 68)
iv.
Sudut Pandang
Sudut pandang atau point
of view merupakan cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai yang membentuk cerita. Adapun
sudut pandang yang digunakan dalan novel Harimau ! Harimau ! adalah sudut pandang orang ketiga. Hal ini dikarenakan dalam
kisahannya pengarang mengacu pada tokoh-tokoh cerita dengan menggunakan kata
ganti orang ketiga (ia, dia), atau menyebut nama tokoh.
v.
Gaya dan Nada
Gaya adalah cara pengungkapan khas seorang
pengarang yang membedakannya dengan pengarang lain. Sementara nada adalah suatu
hal yang dapat terbaca dan terasakan melalui penyajian fakta cerita dan sarana
sastra yang terpadu dan koheren. Adapun gaya yang digunakan dalam novel Harimau
! Harimau ! adalah bahasa
Indonesia.
vi.
Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui cerita yang tertuang. Adapun amanat yang dapat
diambil dari novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai berikut :
· Dalam menjalani persahabatan dan kesetiakawan, kita harus
jujur dan tulus satu sama lain agar tidak timbul kecurigaan.
· Janganlah sombong terhadap apa yang kita punya.
· Janganlah mengganggu habitat hewan, kalau tidak mau hewan
tersebut menerkam kita.
· Janganlah terlalu percaya tahayul, karena kekuatan Tuhan
jauh melebihi segalanya.
· Jika menghadapi suatu permasalahan, kita harus bersama-sama
menyelesaikannya.
· Dalam menjalani kehidupan, kita harus jujur.
· Janganlah berbuat curang dengan menghalalkan berbagai cara
untuk mendapatkan kedudukan.
vii.
Tema
Tema
adalah pokok pikiran, ide, gagasan yang mendasari lahirnya sebuah cerita.
Adapun tema dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah mengenai masalah tahayul dan
hal-hal yang berhubungan dengan ilmu magis yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia. namun di atas segala-galanya itu, bahwa kekuatan Tuhan jauh melebihi
segalanya.
2.4 Pendekatan
Historis
Pendekatan
historis adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman mengenai biografi
pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa
terwujudnya cerita, serta perkembangan kehidupan penciptaan kehidupan sastra
pada umumnya dari zaman ke zaman.